Dalam hasil survey biaya hidup mahasiswa di DIY yang dilakukan Bank Indonesia bersama Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta diketahui bahwa total pengeluaran mahasiswa selama sebulan diperkirakan Rp 300 miliar.
Komponen pengeluaran terbesar adalah biaya makan dan minum sebesar 31 %, pondokan 17 %, dan telpon atau HP sebesar 10 %. Tercatat juga bahwa pengeluaran mahasiswa untuk buku hanya 3 %, lebih rendah dari alokasi pembelian pulsa yang mencapai 7 %.
Dengan potensi sebesar itu, pengeluaran mahasiswa memang dapat dikatakan sebagai lokomotif perekonomian DIY. Namun, yang menjadi titik kegelisahan adalah ternyata belanja buku yang dilakukan mahasiswa lebih kecil ketimbang belanja pulsa.
Kenyataan rendahnya belanja buku mahasiswa itu boleh jadi tak bisa dipungkiri mengingat budaya membaca mahasiswa tidak terlalu menggembirakan untuk generasi abad 21 ini. Entah disadari atau tidak, budaya intelektual mahasisawa memang meredup di tengah terpaan budaaya hedonisme dan konsumtivisme. Tidak hanya membaca, tapi juga menulis dan berdiskusi. Mahasiswa membaca – jika benar-benar membaca – karena ada ujian tengah semester dan ujian akhir. Bahkan, mahasiswa menyempatkan diri ke perpustakaan jika ada tugas-tugas kuliah. Pun, mahasiswa menulis biasanya juga dalam kondisi dikejar-kejar tugas kuliah. Menyusun makalah/paper karena ada kewajiban kuliah yang harus ditunaikan. Itupun kalau benar mengerjakan karena ada juga mahasiswa yang sekedar copy-paste.
Terlepas dari mahalnya harga buku, pengeluaran mahasiswa yang lebih banyak untuk belanja pulsa perlu dijadikan titik perenungan insan pendidikan di kota ini. Diakui atau tidak, pola hidup mahasiswa di era dulu dibandingkan saat ini memeng berbeda.
Siapa pun tak memungkiri jika gerak peradaban bangsa ditentukan dari daya membaca masyarakatnya. Seperti Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, dan Natsir yang memiliki gagasan besar mengenai Indonesia karena membaca, mahasiswa di era kini juga perlu mengikuti jejak mereka dengan tekun membaca.
Sebagaimana ungkapan Arab, khoiru jaalisin dil zaaamani kitabun – sebaik-baik teman di setiap waktu adalah buku (kitab) -- maka jadilah mahasiswa ‘kutu buku’ bukan ‘kutu pulsa’ wallahu a’lam
Hendra Sugiantoro, hendra_lenteraIndonesia@yahoo.co.id
Komentar :
Posting Komentar