Keesokan harinya pagi-pagi setelah mengantar istri saya yang kebetulan juga bekerja satu atap dengan saya, saya langsung meluncur di Paviliun Srikandi 1 tempat dimana “Mas Celathu” njingkrung (menurut istilah Mas Celathu sendiri ).
Sejurus kemudian saya coba ketuk pintunya; ternyata tidak ada sahutan, dan ketika kemudian saya coba untuk membuka melalui gagang pintunya, e eh ternyata terkunci. Maka pagi itu saya urungkan untuk membezoeknya, sebab barangkali Mas Celathu sedang istirahat.
Ya sudahlah kali ini saya tidak bisa membezoek secara langsung mas Celathu, yang pasti saya tetap mendoakan mudah-mudahan saja istirahat Mas Celathu benar-benar bisa mengoptimalkan kembali fisik dan Celathunya.
Sekembali dari Rumah sakit, saya langsung pulang dan membaca beberapa surat kabar, e .. e eh lha kok di salah satu surat kabar ada terpampang gambar Mas Celathu dengan segenap celathu-celathuannya yang khas. Berarti mas Celathu selama njingkrung di rumah sakit benar-benar tidak istirahat , atau memang (maaf) mulutnya terasa pegal kalau tidak celathu sebentar saja ? Wah dasar Ngeyel dan ndableg seperti katanya sendiri …
Tapi bagaimanapun, inilah potret seorang figther sejati. Ditengah kelemahan fisiknya sampai njingkrung, pikirannya tidak bisa atau lebih tepatnya tidak mau beristirahat/berhenti untuk barang sejenak. Kalau ada orang yang tidak pernah berhenti mengunyah makanan (selalu ngemil), pria berkaca mata yang satu ini tidak pernah berhenti dengan celathu-celathunya, tentu saja celathu yang ringan tapi mencerahkan.
Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Madya Mangun Karsa
Tut Wuri Handayani
( Ki Hajar Dewantara )
Daniel Suharta
Alumni TDIP lulusan tahun 1979
Komentar :
Posting Komentar