Berawal dari sampah masuk sawah yang dipermasalahkan para petani Sukunan pada tahun 2000 dan pencemaran udara yang diakibatkan pembakaran sampah, maka pada tahun 2003 asyarakat Sukunan mulai merintis secara mandiri produktif dan ramah lingkungan.
Salah satu jenis sampah yang di manfaatkan oleh masyarakat Sukunan adalah sachet-sachet bekas dan berbahan plastic berlapis alumunium foil.
Karena jenis sampah ini tidak dapat dijual, ibu-ibu Sukunan menjadikan jenis sampah tersebut menjadi barang-barang kerajinan tangan seperti: tas, dompet, tutup gallon, tempat pensil, bantal kursi, dll. Usaha ini semakin meminimalkan jumlah sampah Sukunan yang masuk ke Tempat Pebuangan Akhir (TPA).
Demikian salah satu brosur yang dibagikan kepada para tamu yang sedang melakukan kunjungan di Kampung Sukunan yang memang merupakan sebuah kampung yang patut dijuluki sebagai “Kampung Wisata Lingkungan”, karena memang kampung sukunan adalah sebuah kampung yang telah lama melakukan tiga hal terhadap sampah yaitu : Reduce, Reuse dan Recycle.
Kalau kita memasuki kampung sukunan; pertama-tama yang akan kita lihat adalah sebuah papan nama besar yang berbunyi Sukunan, Kampung Wisata Lingkungan yang terbuat dari botol-botol hasil daur ulang sampah yang terlihat bersih dan sanagat artistik sekali, bahkan saat saya mengunjungi hari itu ada sebuah spanduk tambahan yang berbunyi “ Sukunan Gumregah mBangun Lingkungan ” sebagai penanda peringatan HUT pengelolaan sampah mandiri yang ke 5. Sejurus kemudian saat kita masuk kedalam kampung Sukunan, di sepanjang jalan dan setiap RT banyak Drum dan tempat sampah lain yang terpampang rapi yang masing-masing berjumlah tiga dengan tulisan; sampah kertas, sampah plastik dan sampah logam, yang menunjukkan bahwa setiap warga diharuskan membuang sampah ke drum atau tempat-tempat sampah yang telah ditentukan dengan terlebih dahulu memilah-milahnya sesuai dengan jenis sampah, sehingga selain kampung tersebut terbebas dari pengotoran lingkungan, sampah-sampah tersebut juga dimaksudkan dapat manambah pendapatan masyarakat.
Dan memang dalam penjelasan yang diberikan oleh Bapak Suharto sebagai Ketua Paguyuban tersebut; dari kesadaran masyarakat memilah dan mengumpulkan sampah baik sampah organik maupun sampah non organik, kampung tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang berlebih; baik segi kesehatan lingkungan maupun pemasukan keuangan.
Dalam pengelolaan sampah, kalau boleh saya ringkaskan disini secara seklias adalah sebagai berikut :
Untuk Sampah Non Organik : Setiap rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah plastik kertas dan kaca logam, setelah penuh dibawa dan dimasukkan ke dalam drum sesuai jenisnya. Kemudian petugas ( yang dibayar dengan memakai uang hasil penjualan sampah yang telah dipilah-pilah ) mengambil sampah sesuai jenisnya dari drum dan dibawa ke TPS Kampung. Di TPS sampah dikemas dan dijual, hasil penjualan untuk biaya operasional dan sisanya masuk kas kampung.
Untuk Sampah Organik dari rumah tangga (
sisa makanan, sisa sayuran, lauk, nasi dll) dikelola sendiri dengan gentong atau komposter, sedangkan sampah pekarangan dibuat kompos dengan bak pengomposan.
Sampah yang berada dalam gentong dan bak pengomposan setelah berumur 2-3 bulan sudah menjadi kompos sehingga bisa dipanen, dikemas dan dijual.
Untuk masalah pengomposan ataupun masalah pengelolaan secara keseluruhan seperti Produk daur ulang styrofoam/gabus putih menjadi batako, pot dll; bila ingin tahu lebih jauh lagi, pihak pengelola siap melayani kunjungan, penyuluhan bahkan pendidikan dan pelatihan, tentunya dengan tarif yang bervariasi sesuai item-item yang diinginkan.
Selain hal diatas di kampung Sukunan juga menyediakan alat daur ulang sampah berupa Drum/Tong Sampah, Komposter/Gentong dan Pemilah sampah. Selain alat daur ulang , hasil daur ulang sampahpun disediakan yaitu antara lain berupa : Lukis tembok, Kompos dan Inokulan, tanaman hias, Tas dan oleh-oleh khas sukunan lainnya.
Satu catatan yang paling penting adalah; bila kampung-kampung lain selalu mengirimkan sampah ke TPS pemerintah dengan periode yang tinggi, di Kampung Sukunan dalam satu tahunpun belum tentu mengirimkan sampah; karena hampir semua jenis sampah bisa menghasilkan, sehingga sisa-sisa sampah akan sangat saedikit sekali.
Dibalik semua itu; animo dan kepedulian masyarakat ternyata semakin tinggi. Hal tersebut terlihat dengan semakin seringnya frekwensi permintaan kunjungan maupun pelatihan dari berbagai daerah; baik itu di Lingkungan Kota Jogja, Jawa bahkan ada juga yang datang dari luar Jawa seperti Irian dsan Provinsi lain.
Saat saya datang ke Kampung Wisata Lingkungan, kebetulan saat itu sedang ada kunjungan dari Kota Purworejo dengan jumlah 57 Kelurahan yang diwakili oleh masing-masing kepala kelurahan; dan nampak sekali bahwa saat itu mereka sangat antusias mendengarkan keterangan dari para pengurus/pengelola Kampung Wisata Lingkungan tersebut.
Nah, tanpa bermaksud promosi, bila Anda baik sebagai kepala Desa maupun sebagai ketua RT pun, berminat untuk melakukan kunjungan Anda bisa menghubungi melalui sekretariatnya yang beralamat seperti dibawah ini :
Paguyuban : Sukunan Bersemi”
Dusun Sukunan, Kel Banyuraden, Kec Gamping Kab. Sleman, Prop D.I Yogyakarta 55293
Telp : (0274) 621739, Iswanto : 081578755703, Harti : (0274) 3033111
E-mail : Sukunanberseri@yahoo.com
Website: www.art.monash.edu.au/mai/sukunan
Perlu diketahui pula bahwa semua Program diatas dapat terlaksana atas kerja sama dan kerja keras segenap masyarakat Sukunan sejak tahun 2003 dan didukung oleh :
- Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Yogyakarta
- Monash University Australia
- Dinas Kimpraswilhub dan KPDL Kabupaten Sleman
Mulailah Dari Diri Sendiri, Mulailah Dari Yang Terkecil, Mulailah Dari Sekarang
Kebersamaan Dan Niat Tulus Ikhlas Akan Meringankan Langkah Dan Memudahkan Kita
(Kutipan dari pamflet yang dibagikan)
Komentar :
Posting Komentar