Walikota Jogja Herry Zudianto disandera oleh teroris. Penyenderaan terjadi usai Walikota memberikan sambutan di Balaikota, kemarin. Kejadian penyanderaan orang nomor satu di Kota Jogja tersebut sangat cepat. Usai ia turun dari podium, dua orang wartawan merapat dan langsung memberondongnya dengan pertanyaan. Tidak berlangsung lama, setelah si wartawan berada dalam radius yang sangat dekat, langsung membekap Walikota.
Tanpa perlawanan Walikota segera di seret menuju salah satu ruangan di Kompleks Balaikota. Sementara anggota teroris yang lain berjaga dengan dua kendaraan roda dua. Dan berkali-kali melepaskan tembakan. Info penyanderaan yang dilakukan oleh sejumlah kawanan teroris di Balaikota langsung diterima Kapolda DIY.
Yang langsung datang ke lokasi untuk melakukan negosiasi dengan para kawanan teroris.
Sayangnya, proses negosiasi menthok. Teroris meminta Walikota segera mencabut surat edaran terorisme di Kota Jogja dan menyiapkan uang sebesar Rp10 miliar dalam waktu 30 menit. “Kalau tidak segera dilakukan, kami akan ledakan gedung ini,” ancam teroris. Tidak berhasil dengan proses negosiasi, Kapolda segera mengirimkan satu unit tim antiteror dan satu unit tim penjinak bom untuk datang ke Balaikota. Dengan gerakan hati- hati, satu unit antiteror berhasil merangsek masuk ruang pertama dimana Walikota, Herry Zudianto disandera.
Berhasil menguasai ruangan pertama dengan pertempuran jarak dekat, tim antiteror segera merangsek masuk ke ruang kedua. Tepat di ruang penyanderaan, tak pelak baku tembak terjadi antara tim dan teroris. Berhasil melumpuhkan sekitar lima teroris yang berada dalam ruangan kedua, tim langsung mengamankan Herry Zudianto yang saat itu dalam kondisi disandera dan lemah.
Peristiwa yang terjadi pada Rabu (2/9) sore di halaman Balaikota Jogja tersebut merupakan simulasi penanganan aksi terorisme yang mungkin terjadi di Jogja. Dan mengancam keselamatan Walikota Jogja, Herry Zudianto. Kapoltabes Jogja, Agus Sukamso dalam sambutannya menyatakan teroris yang ada saat ini merupakan teroris generasi baru. Dengan ciri-ciri sasaran yang dituju tidak fokus dan terkesan membabi buta.
“Kalau teroris sebelum era 2002, teror yang dilakukan memiliki sasaran yang khusus. Dan Melibatkan kepentingan asing dam kelompok agama tertentu,” kata dia.
Oleh Yuspita Anjar Palupi
Komentar :
Posting Komentar