Penyelenggaraag Jogja Biennale X, tadi malam dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dengan penyematan karung jamu kepada para wanita-wanita buruh gendong pasar Beringharjo di halaman Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Jumat, 11 Desember 2009
Ini Jogja Man !!! Obama pun ikut hadir...
Diruang pamer TBY Patung Obama naik becak bisa Anda saksikan
Penyelenggaraag Jogja Biennale X, tadi malam dibuka secara resmi oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dengan penyematan karung jamu kepada para wanita-wanita buruh gendong pasar Beringharjo di halaman Taman Budaya Yogyakarta (TBY).
Kegiatan tersebut akan berlangsung selama sebulan, mulai 10 Desember sampai 10 Januari, dengan mengambil tema Jogja jamming, gerakan arsip seni rupa, dengan melibatkan sekitar 126 seniman. Adapun yang ditugasi menjadi kuratornya adalah empat seniman yakni Wahyudin, Hermanu, Eko Prawoto, dan Samuel Indratma.
Menurut Direktur Biennale Jogja X -2009 Butet Kartaredjasa, dinamika kesenian di Jogja bisa diibaratkan seperti jam session dalam musik. Setiap seniman saling merespons dalam proses kreatif. Denyut inilah yang hendak direfl eksikan dalam Biennale Jogja X. Tema Jogja Jamming berbasiskan pada dinamika wacana seni rupa yang berlangsung di setiap dekade atau zaman
Hajatan yang dilaksanakan setiap dua tahun ini akhirnya kembali kepada rakyat. Karya seni tidak hanya berkutat di ruangan yang elitis, inilah roh Biennale Jogja X sesungguhnya. Dimana, seni rupa bisa dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat tidak hanya sebagian kecil masyarakat maupun kaum akademis sehingga berada di ruang sepi serta diberlakukan elitis.
Karya-karya mereka akan digelar di beberapa venue, yaitu Taman Budaya Yogyakarta, Gedung Bank Indonesia, Sangkring Art, Space, dan Jogja National Museum.
Karya-karya seni mereka juga tidak hanya dipasang di ruang pameran melainkan juga di ruang publik seperti di taman-taman kota dengan membuat beragam karya seperti stensil dan grafiti.
Baliho-baliho besar yang biasanya untuk memasang iklan juga akan digunakan untuk memajang karya mereka.
Di Jogja, masyarakat sudah ikut nyenirupa. Sehingga dalam ajang kali ini kegairahan, para anggota masyarakat yang sering kali dicap sebagai seniman pinggiran semuanya tampil.
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar