Ditangan Jadug Ferianto dan kawan-kawan, musik ini bisa diterima dan di oleh akses semua kalangan
Selama inim sajian musik jaz biasanya ditampilkan secara komersil. Penonton datang<>
Berbeda dengan sajian jaz yang dikema dalam Ngayogjojazz 2008 yang digagas Jadug dan kawan-kawan. Identitas jaz dikembalikan ke habitatnya, ke masyarakat luas.
Seperti halnya tahun lalu, penyelenggarakan Ngayogjojazz kali inipun gratis alias tak perlu bayar.
Perjuangan mengintregasikan semua elemen melalui acara bertajuk Njajazz Desa Milang Kori ini memang tak gampang. “Kami galang sponsor untuk acara ini. Dan teman-teman musisipun tak ada yang dibayar,” katanya.
Seorang seniman yang hidup di masa yang serba pragmatis ini, Jadug mengutarakan pandangannya, “Kita harus berani nggetih (total) untuk dapat survive,” kata bapak dari lima anak ini.
Darah seni mengalir dalam diri Jadug sejak ia masih kecil. Putra seniman besar(almarhum) Bagong Kussudiarja ini telah meletakkan jalan hidupnya pada ranah kesenian. Salah menurutnya orang memandang seni bukan bidang yang bisa menghidupi. “ Asalkan digarap dengan serius, profesi seniman tak kalah dengan profesi lain,” yakinnya.
Harjo, 24 Nopember 2008
Komentar :
Posting Komentar