Pada setiap tanggal 21 April bangsa kita selalu meperingati hari Kartini dengan berbagai acara; terutama adalah lomba Busana dengan maksud meniru busana Kartini jaman dulu. Meniru dalam arti hanya segi fisik saja. Dan hal tersebut adalah sah-sah saja sepanjang makna dibalik semua itu juga dipahami. Sebuah makna bahwa perjuangan Kartini saat itu adalah membebaskan belenggu sempitnya cara berpikir orang-orang pada jamannya terutama masalah persamaan hak; baik itu hak dalam bermasyarakat maupun hak dalam memperoleh jenjang pendidikan yang lebih baik.
Selasa, 21 April 2009
POTRET KARTINI MASA KINI
Dan perjuangan tersebut sekarang benar-benar telah dapat kita nikmati
Tetapi dibalik semua itu kadang ada beberapa orang masih mempunyai pandangan sempit tentang persamaan hak tersebut. Mereka kadang telah membuat sebuah pagar bagi diri mereka sendiri yang membuat mereka sulit berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab; sehingga mereka bahkan terkesan memingit diri mereka sendiri.
Satu contoh adalah disaat sekarang sulit mencari pekerjaan, alih-alih mereka menciptakan pekerjaan; bahkan untuk mendapatkan pekerjaanpun mereka masih pilih-pilih untuk menentukan jenis pekerjaannya.
Namun diantara mereka ada juga beberapa yang lebih realistis, lebih membumi.
Lihat saja bila suatu saat Anda naik Trans Jogja; salah satu pengemudinya adalah seorang perempuan.
Nah, satu lagi yang patut kita acungi jempol.
Di bilangan jalan Affandi disebelah utara jembatan merah, tepat didepan makam; ada seorang perempuan yang sudah lama menjalani aktivitasnya sebagai penjual bensin dan tukang tambal ban!
Kebetulan saat saya tinggal di bilangan condong catur, tempat tersebut adalah langganan saya. Dan beberapa hari yang lalu – kebetulan juga – motor butut saya ban nya bocor pas didekat tempat tersebut … jadi ya langsung saja saya meminta jasanya …
Saat saya memperhatikan cara mengerjakannya; sungguh saya jadi terkagum-kagum. Gesit dan lincah, tak ada kesan sedikitpun bahwa yang mengerjakan didepan mata saya adalah seorang perempuan, yang lembut tutur katanya …
Sambil tetap memperhatikan kelincahannya tangannya, saya coba sedikit meng-korek keterangan darinya tentang pekerjaan yang digelutinya setiap hari tersebut.
Tak banyak yang ia katakan; yang pasti ada satu perkataan yang tetap akan saya ingat sepanjang hidup saya , dan perkataanya adalah : “ sopo sing gelem obah iso mamah “
Sebuah perkataan yang sederhana; tapi punya makna yang mendalam.
Dan terbukti dengan pekerjaan yang ia ciptakan sendiri, dia mampu mencukupi biaya hidup dan pendidikan semua anak-anaknya, bahkan anak sulungnya sudah bekerja dan menikah untuk kemudian sebentar lagi akan memberikan cucu baginya
Dari hal diatas saya berpikir dan berkesimpulan inilah Kartini masa kini. Super Women bagi kehidupan; paling tidak bagi kehidupan rumah tangganya sendiri …
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar