Rabu, 07 November 2012
Pahlawan yang (Selalu) Mempertahankan Kemerdekaan
Ancol Jakarta saya yakin sudah banyak orang yang tahu, akan tetapi
ancol Jogja barangkali hanya ada sedikit orang yang tahu keberadaannya.
Ibukota Indonesia di Jakarta barangkali juga hampir semua orang tahu,
akan tetapi belum tentu semua orang Indonesia tahu kalau Ibukota
Indonesia pernah berada di Jogjakarta, terutama pada generasi muda
sekarang.
Kedua hal diataslah yang akan menjadi topik tulisan saya kali ini untuk
membicarakan tokoh yang mempunyai nilai kesejarahan dan kepahlwanan
kemerdekaan Indonesia yang "harusnya" tidak dilupakan begitu saja oleh
semua rakyat Indonesia karena tanpa tokoh yang satu ini, "barangkali"
Indonesia belum tentu merdeka hingga seperti saat ini ...
Terlahir pada Sabtu pahing tanggal 12 April 1912 dengan nama Dorodjatun
putra dari pasangan Gusti Pangeran Haryo Puruboyo dan Raden Ajeng
Kustilah sepak terjang beliau dalam gerakan perjuangan kemerdekaan sudah
banyak dicatat dalam berbagai buku dan literatur; termasuk buku tahta
untuk rakyat yang berisikan tentang untuk siapa sebenarnya tahta
tersebut, yaitu untuk rakyat, sebagai salah satu contoh paling sederhana
saja adalah saat suatu kali Ngerso dalem yang juga adalah pengggas
Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 mengendari mobil dari Sleman dan di
tengah jalan ada seorang wanita menghentikan mobilnya --berniat
menumpang ke pasar Kranggan.
Sultan berhenti, menaikkan dagangan milik wanita itu ke mobil dan
mengantarkan. Sesampai di pasar Kranggan, Sultan menurunkan dagangan
dan wanita itu pun berniat memberi ongkos. Tetapi Sultan menolak.
Konon, setelah Sultan pergi dan wanita itu tahu bahwa orang yang
membantunya itu tidak lain adalah Sultan, dia pun pingsan.
Namun saya tidak akan mengulas semua sepak terjang beliau seperti diatas
akan tetapi seperti apa yang saya katakan diawal cukup dengan dua
topik diatas saya akan mengulas dan membuktikan bahwa kesejarahan dan
kepahlawanan beliau memang sangat patut dikedepankan sebagai seorang
"pahlawan kemerdekaan sejati"
Rahasia besar dibalik pembuatan Selokan Mataram
Apabila anda penyuka olah raga bersepeda, saya sarankan sekali waktu
Anda melakukan perjalanan bersepeda di sepanjang selokan mataram di
bagian utara daerah Jogja atau tepatnya didaerah yang masuk di kabupaten
Sleman, salah satu kabupaten di bawah pemerintahan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Selain jalan yang tidak begitu ramai dan padat,
pemandangan disekitarpun sangat menyenangkan, selain melihat pemandangan
berupa gemericik aliran sungai disepanjang selokan mataram, juga ada
pemandangan lain yang tidak membosankan karena sangat bervariasi yaitu
antara keindahan dan kesegaran hamparan hijaunya sawah-sawah dan juga
aneka bangunan baik bangunan tradisional maupun modern dan kadang juga
bisa melihat pemandangan kemegahan gunung Merapi. Kegiatan bersepeda
tersebut akan lebih bisa dinikmati lagi bila kita lakukan pada sore
hari; karena disamping pemandangan akan semakin indah, udara juga sejuk
segar dan menyehatkan.
Lalu ada cerita atau sejarah apa dibalik semua itu ?
Selokan mataram adalah sebuah kanal irigasi sepanjang 31,2 km yang
menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Selokan
Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi bagian
dari Jaringan Saluran Induk Mataram.
Selokan Mataram dibangun pada Masa Pendudukan Jepang. Dimana saat itu
Jepang sedang menggalakkanm Romusha. Sebuah kerja paksa mengeksploitasi
sumber daya alam Indonesia ataupun untuk membangun sarana prasarana
guna kepentingan perang Jepang melawan sekutu di Pasifik. Disitulah
kecerdikan Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX
berusaha menyelamatkan warga Yogyakarta dari kekejaman Romusha. Beliau
mengatakan kepada Jepang bahwa Yogyakarta adalah daerah minus dan
kering, hasil buminya hanya berupa singkong dan gaplek. Dengan
pernyataan tersebut Sri Sultan mengusulkan kepada Jepang agar warganya
diperintahkan untuk membangun sebuah selokan saluran air yang
menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Dengan
demikian lahan pertanian di Yogyakarta yang kebanyakan lahan tadah hujan
dapat diairi pada musim kemarau sehingga mampu menghasilkan padi dan
bisa memasok kebutuhan pangan Tentara Jepang.
Dua hasil positip yang kita petik dari kecerdikan Sri Sultan tersebut, yaitu :
Pertama pembangunan saluran irigsi tersebut berdampak sangat besar pada kemakmuran warga sekitar.
Kedua, secara diam-diam ternyata Sri Sultan punya maksud lain pada
rakyatnya yaitu agar rakyatnya tidak dibuang keluar Jogja/Jawa sehingga
tidak hanya kemerdekaan bekegiatan saja yang terampas bila jadi dibuang
keluar pulau Jawa melainkan juga kemerdekaan budaya karena bila harus
pindah ke luar Jawa otomatis akan mengalami ketercerabutan budaya asal
dan harus menyesuaikan lagi dengan budaya lain.
Namun dibalik semua itu ternyata ada yang sangat luar biasa sekali yaitu
sebuah rahasia yang baru terungkap setelah berpuluh-puluh tahun
kemudian perihal usul Sri Sultan pada proyek selokan mataram tersebut.
Pada masa itu, tentu saja para pekerja tersebut belum mengetahui maksud
dan tujuan dari pekerjaan tersebut sehingga ada yang mempertanyakan
kenapa Sri Sultan begitu tega mempekerjakan rakyat dan tidak bersedia
membela rakyatnya agar tidak dijadikan sebagai pekerja. Dan hal tersebut
memang pernah ditanyakan oleh salah satu rakyat, namun karena demi
menjaga kerahasiaan karena takut yang bertanya adalah mata-mata tentara
Jepang maka Sri Sultan tetap mengatakan bahwa rakyat harus bekerja
untuk menyelesaikan saluran irigasi tersebut dan tidak pernah
menceriterakan maksud dan tujuan sebenarnya bahwa Sri Sultan melakukan
semua itu demi dua hal diatas, kemerdekaan berkegiatan di kotanya
sendiri (meski harus dengan kerja berat) dan kesejahteraan / kemakmuran
rakyat Jogja pada masa selanjutnya, demi anak cucu juga. Dan itu
terbukti bahwa saat ini selokan mataram sangat besar fungís dan
manfaatnya karena yang bisa mengairi banyak sawah disepanjang 31,2 KM
yang dilewati selokan mataram tersebut.
O ya, Ancol Jogja yang saya sebutkan diawal adalah sebuah tempat wisata
yang letaknya berada di paling ujung barat selokan mataram. Sekali
waktu silahkan Anda kunjungi keindahan tempat wisata Ancol Jogja dengan
memakai sepeda untuk kemudian sekalian Anda coba untuk menyusuri
selokan mataram dari hulu hingga hilir, sebuah wisata olahraga dan
wisata sejarah; wisata yang menyehatkan tubuh dan jiwa: jiwa
nasionalisme!.
Bantuan 6 juta gulden untuk mempertahankan kemerdekaan
Saat akan terjadi ancaman oleh Presiden dan wakil Presiden RI saat itu
Jogja yang sudah Merdeka terlebih dahulu bersedia menjadi Ibukota RI.
Peran yang paling besar dari Sri Sultan HB IX adalah saat dimana bung
Karno mengatakan pada Bung Hatta akan memindah Ibukota RI dari Jakarta
ke Jogja; dan ditanggapi keraguan Bung Hatta karena terkendala masalah
besarnya biaya.
Nah, disitulah terungkap bahwa saat itu ternyata Bung Karno telah
menerima bantuan uang sebesar 6 juta gulden dari Sri Sultan
Hamengkubuwono IX untuk biaya pemindahan ibukota tersebut; yang kalau di
konversikan saat ini barangkali sekitar 6 Trilyun Rupiah ... (?)
Nah, atas jasa tersebut maka patutlah kiranya Jogja yang sejak awal
telah merdeka dan kemerdekaan tersebut diakui oleh dunia internasional
terlebih dahulu yang telah bersedia momong bayi yang bernama NKRI ini
untuk selalu dikenang jasanya termasuk juga mengenang pemimpin dan
pahlawannya pada saat itu, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
.
.
Salam hangat saya.
HL Kompasiana | 07 November 2012 | 09:30
http://sejarah.kompasiana.com/2012/11/07/pahlawan-yang-selalu-mempertahankan-kemerdekaan-507187.html
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar