Bila kita cermati secara seksama tentang kebiasaan berkendaraan, tentunya ada berbagai style. Ada yang mengemudi dengan pelan-pelan dan hati-hati, tapi ada pula yang memacu kendaraannya dengan kencang, baik dalam kondisi jalanan yang seperti apapun; sepi maupun ramai. Bahkan dalam kondisi jalan yang padat sekalipun masih banyak yang main selonong sana selonong sini; posisi ruang sempit dan beresikopun seolah tidak mereka hiraukan. Cara menyalipnyapun kadang bisa mengagetkan pengendara yang lain; sebab mereka menyalip dari sisi kiri dengan kecepatan yang lumayan kencang.
Untuk hal demikian kadang kita bisa mengakali yaitu dengan cara kita berkendara dalam posisi semepet mungkin kekiri; menutup ruang gerak para "penyalip" sembarangan tersebut.
Tapi meskipun demikian sepandai-pandai kita menyiasati cara berkendara kita demi keamanan dan keselamatan ; ada–ada saja cara yang bisa dibilang lebih kasar yang sering dipertontonkan para pengendara lain. Satu pengalaman yang memprihatinkan sekali yang saya alami adalah saat saya berada diperempatan jalan yang ada lampu pengatur lalu lintasnya; ketika lampu dalam keadaan merah dan saya berada diposisi mepet kiri; saya dikagetkan oleh pengendara yang secara sengaja menyelonong dengan mengambil dari arah kiri saya; padahal di bawah pengatur lampu lalu lintas tersebut sudah jelas tertulis " Turn Left Signal " alias " (Lampu) tanda jalan kekiri ". Dan ini sering saya alami, bahkan pernah dalam satu kesempatan saya sangat kaget karena kaki kiri saya sempat tersenggol keras sehingga saya sedikit goyah walaupun akhirnya saya bisa menjaga keseimbanagan saya.
Dan barangkali karena seringnya kejadian tersebut ada satu penanda jalan (di perempatan sebelah barat Polsekta Gondokusuman) yang kata-katanya diganti dengan tulisan " No Turn On Red " dibahwa tulisan " Ke kiri ikuti lampu "
Barangkali maksudnya menekankan bahwa "Jangan terus saat lampu merah"
Nah, dalam pikiran saya terbersit; haruskah warga Jogja yang dulu tahu unggah ungguh, dengan tingkat kesantunan yang tinggi; sekarang tidak cukup hanya sekedar diberi informasi saja lalu mematuhinya tetapi harus dihimbau dengan kata-kata yang lebih keras
Atau barangkali tingkat intelektual warga Jogja yang merupakan kota pelajar ini kurang bisa memaknai arti rambu-rambu yang sebenarnya sangat sederhana ini ?
Walahualam …
Komentar :
Posting Komentar